Senin, 29 Maret 2010

BUDIDAYA IKAN मास




1. SEJARAH SINGKAT

Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang

pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475

sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun

1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas

yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan

Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat

10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.

2. SENTRA PERIKANAN

Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk,

sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan

umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi,

Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta

3. JENIS

Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:

Kelas : Osteichthyes

Anak kelas : Actinopterygii

Bangsa : Cypriniformes

Suku : Cyprinidae

Marga : Cyprinus

Jenis : Cyprinus carpio L.

Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri

dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan

kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik,

bentuk tubuh dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas

adalah sebagai berikut:

1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek;

bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit;

perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.

2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih

gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila

diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang

badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.

3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata

pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit;

gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan

panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.

4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relatif

panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan

lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan

antara 3,5:1.

5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik

bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari

warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp,

long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi,

shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku

nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.

Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang

berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang

berbadan relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang

banyak dibudidayakan.

4. MANFAAT

1) Sebagai sumber penyediaan protein hewani.

2) Sebagai ikan hias.

5. PERSYARATAN LOKASI

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,

tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar

dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.

2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5%

untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada

ketinggian antara 150-1000 m dpl.

4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh

dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.

5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air

deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi

pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air

tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras

debitnya 100 liter/menit/m3.

6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.

7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.

6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan

1) Kolam

Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam

dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga

memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.

a. Kolam pemeliharaan induk

Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya.

Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter

persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila

diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200

meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan

dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu

bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang

sarinya, sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.

b. Kolam pemijahan

Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok.

Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan

dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa

untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18

m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah

pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu

pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga memakai

pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam

penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali

juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam

penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah

yang ada telurnya.

c. Kolam pendederan

Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan

pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama

dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak.

Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan

dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran

dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir

adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk

memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah

pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air

sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.

2) Peralatan

Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas

diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu

untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember,

baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg),

cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar

kekeruhan.

Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan

mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan

panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat

menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk

mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur

yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara

terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan

penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih),

sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk

menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi),

scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas),

seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk

segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).

3) Persiapan Media

Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk

pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb.

Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah

pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk

memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi,

diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing

dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk

buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram

dan 10 gram/meter persegi.

6.2. Pembibitan

1) Pemilihan Bibit dan Induk

Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu

secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan semakin

meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan

maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik.

Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi

alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya

pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan

teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian

kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian

kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan

penyeleksian terhadap induk ikan mas.

Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang

untuk dipijah adalah sebagai berikut:

a. Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan:

umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.

b. Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor

mulus, sehat, sirip tidak cacat.

c. Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;

panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak

jernih.

d. Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.

e. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang panmgkal ekor harus lebih

panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.

Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah

sebagai berikut:

a) Betina

- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.

- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.

- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.

b) Jantan

- Badan tampak langsing.

- Gerakan lincah dan gesit.

- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.

2) Sistim Pembenihan/Pemijahan

Saat ini dikenal dua macam sistim pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:

a. Sistim pemijahan tradisional

Dikenal beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:

- Cara sunda: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; (2) disediakan injuk untuk menepelkan

telur; (3) setelah proses pemijahan selesai, ijuk dipindah ke kolam

penetasan.

- Cara cimindi: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk dijepit

bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara dari

tanah; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke

kolam lain; (4) tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini dibuka kemudian

sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.

- Cara rancapaku: (1) luas kolam pemijahan 25-30 meter persegi, dasar

kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,

induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu; (2) disediakan

rumput kering untuk menepelkan telur, rumput disebar merata di

seluruh permukaan air kolam dan dibatasi pematang antara dari tanah;

(3) setelah proses pemijahan selesai induk tetap di kolam pemijahan.;

(4) setelah benih ikan kuat maka akan berpindah tempat melalui sela

bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat dipanen.

- Cara sumatera: (1) luas kolam pemijahan 5 meter persegi, dasar kolam

sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari, induk

dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam

penetasan; (2) disediakan injuk untuk menepelkan telur, ijuk ditebar di

permukaan air; (3) setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan

ke kolam lain; (4) setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam

pendederan.

- Cara dubish: (1) luas kolam pemijahan 25-50 meter persegi, dibuat parit

keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan lalu diisi

air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan

merupakan kolam penetasan; (2) sebagai media penempel telur

digunakan tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm; (3)

setelah proses pemijahan selesai induk dipindahkan ke kolam lain; (4)

setelah benih berumur 5 hari lalu pindahkan ke kolam pendederan.

- Cara hofer: (1) sama seperti cara dubish hanya tidak ada parit dan

tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.

b. Sistim kawin suntik

Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur

dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise

ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor

(berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah

suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana

yang lengkap dan perawatan yang intensif.

3) Pembenihan/Pemijahan

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemijahan ikan mas:

a. Dasar kolam tidak berlumpur, tidak bercadas.

b. Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen dalam air cukup; debit air cukup; dan

suhu berkisar 25 derajat C.

c. Diperlukan bahan penempel telur seperti ijuk atau tanaman air.

d. Jumlah induk yang disebar tergantung dari luas kolam, sebagai patokan

seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi.

e. Pemberian makanan dengan kandungan protein 25%. Untuk pellet

diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore hari) dengan takaran

2-4% dari jumlah berat induk ikan.

4) Pemeliharaan Bibit/Pendederan

Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur

hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan

(luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana

kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan

liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan

pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan.

Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah

benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1

bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.

b. Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang

disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran

benih menjadi 3-5 cm.

c. Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang

disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran

benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus

3-5% dari jumlah bobot benih.

d. Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang

disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih

menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5%

dari jumlah bobot benih.

5) Perlakuan dan Perawatan Bibit

Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan

pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari

selama 3 minggu.

TTG BUDIDAYA PERIKANAN

6.3. Pemeliharaan Pembesaran

Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara polikultur maupun

monokultur.

a) Polikultur

1. ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair 30%, atau

2. ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan mujair 30%.

b) Monokultur

Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik dibandingkan

dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk

jantan dan betina.

1) Pemupukan

Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak 250-500 gram/m2,

TSP 10 gram/m2, Urea 10 gram/m2, kapur 25-100 gram/m2. Setelah itu kolam

diisi air 39-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah pengisian air, kolam

disemprot dengan insektisida organophosphat seperti Sumithion 60 EC,

Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk memberantas

serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari

kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung

pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka

padat penebaran adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan bila diberi pakan

pellet, maka penebaran adalah 300-400 ekor/m2 (benih lepas hapa).

Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari saat suhu rendah.

2) Pemberian Pakan

Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan

buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang

cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,

lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.

Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban

diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur

rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter

air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada

benih, perawatan 5-7 hari.

3) Pemeliharaan Kolam/Tambak

Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah

menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak

tercemari/teracuni oleh zat beracun.

7. HAMA DAN PENYAKIT

7.1. Hama

1) Bebeasan (Notonecta)

Berbahaya bagi benih karena sengatannya. Pengendalian: menuangkan

minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.

2) Ucrit (Larva cybister)

Menjepit badan ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit

diberantas; hindari bahan organik menumpuk di sekitar kolam.

3) Kodok

Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang

mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.

4) Ular

Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan;

pemagaran kolam.

5) Lingsang

Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.

6) Burung

Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah, kuning.

Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam; diberi

rumbai-rumbai atau tali penghalang.

7) Ikan gabus

Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau

dibuat bak filter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar